LANGITKU NETWORKS, Jakarta – Beberapa orang melarikan diri dari masalah sulitnya dengan makan. Mengunyah es krim, pizza atau makanan favorit lainnya dianggap bisa membuat hidup terasa lebih baik.
Menurut laporan spesial Lose Weight and Keep It Off dari Harvard, kasus ini sering terjadi. Kenyataannya, ada beberapa wilayah di otak yang mendapat kebahagiaan dari makanan manis atau tinggi lemak. Beberapa penelitian psikologi menunjukkan, perilaku untuk mendapat kebahagiaan ini akan dilakukan berulang-ulang oleh manusia. Artinya, banyak orang yang akan melampiaskan kemarahan atau mencari kenyamanan dari makanan.
Namun, bagaimana pun juga, kebiasaan yang kerap disebut sebagai emotional eating ini, bukanlah solusi terbaik dalam menghadapi tantangan hidup. Itu mungkin memberikan manfaat sementara. Namun, di masa depan, emotional eating justru akan membuat kita stres, terutama karena kenaikan berat badan.
Penyebab emotional eating
Emotional eating biasanya dilakukan seseorang untuk menekan emosi negatif yang sedang mereka alami, seperti stres, marah, takut, sedih, dan kesepian. Peristiwa negatif dalam hidup seperti konflik dalam hubungan, masalah pekerjaan, kelelahan, tekanan keuangan dan gangguan kesehatan juga bisa memicu perilaku ini.
Faktanya, emosi memang bisa bergantung dengan kebiasaan makan. Secara otomatis, kita akan mengonsumsi banyak makanan ketika marah atau stres tanpa memikirkan dampaknya. Kebiasaan tersebut dapat mengarahkan ke siklus yang tidak sehat. Setelah makan berlebihan, pada akhirnya Anda akan kecewa jika berat badan meningkat dan itu kembali membuat Anda merasa buruk. Kemudian, Anda akan makan lebih banyak untuk mengatasi stres dan perasaan tidak nyaman tersebut.
Alihkan perhatian dari makanan
Cara terbaik mengatasi emotional eating adalah dengan mengalihkan perhatian selama lima menit dari makanan. Lalu, ganti dengan kegiatan lain seperti:
- berjalan kaki
- ke luar ruangan
- mendengarkan lagu
- menari
- berbincang dengan teman
Semakin banyak aktivitas yang Anda lakukan untuk mengalihkan perhatian, maka semakin mudah untuk mengatasi kebiasaan makan dengan emosi ini. Jika cara-cara tersebut belum berhasil, sebaiknya melakukan terapi dengan bantuan dari tenaga profesional. Terapi bisa membantu Anda memahami mengapa kita melampiaskan stres dengan makan dan cara menghentikannya.
source : Healthline
editor : Gita Laras Widyaningrum
Nationalgeographic.co.id