LANGITKU NETWORKS, Makassar, Festival Aksara Lontara 2020, resmi dilaunching, Kamis (25/06/2020). Peresmian festival tahunan ini dilakukan secara virtual, di tengah situasi pandemi covid-19.
Peluncuran Festival Aksara Lontaraq yang pertama ini ditandai dengan peluncuran logo secara virtual yang diringi pukulan gendang Tunrung Pakanjjara oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, di dampingi Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan Moh Hasan Sijaya dan Founder CEO KGI Network Upi Asmaradhana.
Festival Aksara lontaraq Tahun 2020 lewat virtual dengan aplikasi zoom, ini digelar di Lt. 2 Gedung Layanan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, dipandu MC komika Baba Ong dan Duta Baca Sulsel Rezky Amalia Syafiin dan diikuti sekitar tiga puluh undangan yang hadir di lokasi acara serta ratusan peserta dari sejumlah negara, diantaranya: Belanda, Malasyia, Singapura, Australia, Selandia Baru dan Rusia.
Acara yang dikemas dalam protokol kesehatan Covid-19 ini juga diikuti Gubernur Sulawesi Selatan yang diwakili Sekretaris Daerah Abdul Hayat Gani, Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Andi Ina Kartika Sari, Prof. Dr. Nurhayati Rahman (Pakar Filologi dan Naskah La Galigo), Sharyn Graham Davies, PhD (Associate Professor Sekolah Bahasa dan Ilmu Sosial, Universitas Teknologi Auckland, Selandia Baru), Alwi bin Daud, MA, cand., PhD, (University Malaya, Malasyia) dan Dr. Kathryn Wellen (Researchers di KITLV Leiden University, Belanda).
Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh budayawan, akademisi serta masyarakat peduli lontaraq antara lain: Yudistira Sukatanya, Rusdin Tompo mantan Ketua KPID Sulsel, penulis sekaligus novelis Idwar Anwar, Pustakawan senior Syahrudin Umar dan Heri Rusmana,
Panitia Festival Aksara Lontaraq 2020, Upi Asmaradhana (Founder dan CEO KGINetwork) dalam sambutannya mengatakan, festival ini adalah sebuah gerakan kebudayaan yang disebutnya sebagai gerakan gotong royong. Aksara lontaraq, merupakan aset terbesar yang dimiliki sulsel, bisa menjadikan identitas budaya sulsel di masa-masa yang akan datang.
“Gagasan dari festival ini, untuk menjaga anak-anak dan budaya kita. Kita juga berharap, festival ini bisa menjadi event tahunan ke depannya,” sambung Upi.
Sementara Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Hasan Sijaya, di awal sambutannya dengan aksen dan tutur bahasa Makassar mengatakan, Pappasang battu ri mangkasara, salama ki kepada peserta.
Pada abad 16 sampai 20 Masehi, aksara ini masih di jajaran Sulsel, namun penerapannya terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang menarik disini, leluhur kita dulu, sebelum memberikan pesan ke anak-cucunya, ketika ingin merantau ke suatu daerah, pesannya adalah jaga hartkat dan martabatmu, melalui pappasang aksara lontaraq,” lanjut Kadis yang juga hobby menyanyi lagu daerah Sulsel.
Dewan Pengarah Panitia Festival Prof Nurhayati Rahman, menilai festival ini adalah sebuah gerakan budaya yang mesti didukung semua pihak. “Ini sebuah momentum yang luar biasa. Selama berpuluh-puluh tahun kita baru bisa menggelar acara seperti ini lagi,” kata peneliti naskah kuno I LagaLigo ini.
Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari dalam sambutannya menyambut baik kegiatan ini. Ia juga berjanji akan bekerjasama dan membantu panitia dan masyarakat untuk menjadikan aksara Lontaraq sebagai bagian dari kelembagaan pemerintah.
“Kita merespon baik gagasan ini. Insya Allah saya dan DPRD Sulsel siap berkontribusi dan bekerjasama,” katanya.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekprov) Sulsel, Abdul Hayat Gani mengatakan, era globalisasi ini merupakan tantangan bersama bagaimana produk budaya tetap dicintai dan digunakan oleh anak bangsa. Resistensi terjadi, pengaruh dari luar juga demikian, sehingga budaya yang dimiliki harus dikembalikan agar berjaya di tanah sendiri.
“Tentu, kita ingin mengembalikan kejayaan ini. Bagaimana adat kita rawat dan jaga dengan baik,” kata Abdul Hayat Gani.
Ia mengapresiasi langkah penyelenggara serta para penggiat budaya. Pemprov Sulsel mengapresiasi proses-proses yang terjadi dalam festival ini dan upaya pelestarian aksara Lontaraq.
Langkah lainnya, yakni memperkuat sistem pendidikan yang ada. Terutama hadirnya sekolah atau institusi pendidikan budaya seperti Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Sulsel.
“Sehingga apa yang kita lakukan ini merupakan pembangunan untuk kejayaan Provinsi Sulawesi Selatan,” sebutnya.
Festival Aksara Lontaraq ini sendiri akan berlangsung selama 3 (tiga) bulan sejak dimulai 25 Juni 2020. Tanggal 11 hinggga 30 Juli, lomba aksana lontaraq tingkat SD hingga universitas dan masyarakat umum. Tanggal 29 Agustus 2020 mendatang, menyelenggarakan Konferensi dan Seminar Internasional Aksara Lontaraq. Dalam acara launching ini juga tampil penyanyi dari Pangkep yaitu duo Arman Pio dan Andi Putri Ananda Ahmad yang terkenal dengan lagu-lagu bugisnya serta Muhammad Alifi musisi dari jeneponto yang konsisten mempopulerkan lagu-lagu berbahasa Makassar. (jalu)